Etika berasal dari kata Ethos (Latin) yang berarti kebiasaan. Segala sesuatu yang dilakukan sesuai dengan kebiasaan yang bermanfaat/baik bagi orang banyak disebut etika. Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan/norma/pedoman yang mengatur perilaku manusia baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok/segolongan manusia/masyarakat/profesi. Etika menurut Freeman adalah suatu system atau kesetiaan, koleksi prinsip-prinsip dan aturan-aturan atas perilaku yang didasarkan pada keyakinan tentang apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap salah, dimana perilaku bisnis yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut disebut perilaku bisnis etis.
Penetapan bisnis yang etis bukanlah pekerjaan yang mudah, karena sesungguhnya perilaku etis bisnis harus menampilkan beberapa ketetuan hukum, etika, moral dan nilai-nilai masyarakat, sehingga menurut Steade, elemen perilaku etika bisnis dapat ditampilkan dalam persamaan sebagai berikut :
A = Lb + BV.SV.M.E
dimana:
A = Sociality Acceptabel ethical behaviur
Lb = Legal behaviour
BV= Behaviour Governed
S = Societal Values
M = Morals
E = EthicsEtika (ethics) didefinisikan sebagai ketentuan yang terbentuk mengenai perilaku manusia yang dipandang baik atau buruk (good and bad). Keputusan yang dibuat manager yang mempertimbangkan etika merupakan keputusan individual yang menampilkan berbagai faktor, diantaranya faktor nilai (values) dan moral baik individu maupun kelompok.
Faktor nilai (values) adalah bakuan budaya mengenai perilaku yang bertindak sebagai pembimbing terhadap orang-orang dalam menata dan mencapai tujuannya, termasuk orang-orang dalam bidang bisnis. Para manager bisnis selalu dituntut untuk meningkatkan kepekaanya terhadap masalah etika, juga dipaksa untk menilai secara kritis terhadap prioritas nilai-nilai untuk melihat tingkat kesesuaiannya dengan perwujudan dan harapan organisasi maupun masyarakat. Orang-orang bisnis memandang etika sebagai wilayah kelabu (grey area) di dalam organisasi, artinya suatu wilayah yang tidak jelas ketentuannya.
Kondisi wilayah kelabu (grey area) ini harus dihadapi dengan menyusun kode etik (ethical code) yang didefinisikan sebagai pernyataan khusus tentang apa yang dipandang benar atau salah di dalam situasi tertentu di suatu tempat dan di suatu waktu. Dalam implementasinya agar dapat berjalan dengan baik, maka manajemen perusahaan harus memperhatikan isu-isu etika itu sendiri, dimana dimensi isu etika tersebut antara lain ;
1. Konsekuensi yang diperluas : Keputusan etis mempunyai konsekuensi di luar keputusan diri mereka. Penutupan pabrik dan pindah ke tempat lain untuk menghindari ionisasi kekuatan pekerja mempunyai dampak terhadap pekerja, keluarga-keluarga mereka,masyarakat dan bisnis lainnya
2. Berbagai alternatif : Pilihan alternatif dalam pengambilan keputusan, sehingga melibatkan isu untuk mempengaruhi aturan. Sebagai contoh, memutuskan berapa banyak fleksibilitas yang ditawarkan kepada karyawan dengan permasalahan keluarga
3. Hasil yang dicampur : Keputusan dengan dimensi etis sering melibatkan banyak pertimbangan terhadap output yang menguntungkan dengan efek negatifnya. Sebagai contoh, mengelola pekerjaan dari beberapa pekerja didalam suatu pabrik mengakibatkan penghapusan pekerjaan lainnya. Hasil akan menjadi campuran hal negatif dan positif bagi organisasi dan karyawan
4. Konsekuensi tidak-pasti : Konsekuensi keputusan dengan dimensi etis yang tidak mengenal kehidupan pribadi karyawan dan keluarganya, menghilangkan kesempatan mereka mendapat promosi walaupun mereka merupakan kandidat terbaik
5. Barang-Barang pribadi : Keputusan etis sering mempengaruhi kehidupan pribadi karyawan, keluarga-keluarga mereka dan yang lainnya. Membiarkan customer untuk mendikte bahwa mereka tidak akan mempunyai representatif penjualan yang dapat membantu dalam hubungan jangka pendek, tetapi apakah yang mempengaruhi karyawan menolak peluang karier
Adapun usaha yang harus dilakukan agar manajemen perusahaan memenuhi criteria etika, adalah:
1. Memiliki Visi, Misi dan Credo serta menjalankannya dengan maksimal.
2. Mempertahankan standar yang tinggi terhadap profesionalisme dan tingkah laku pribadi
3. Mengejar pertumbuhan pribadi dalam manajemen sumber daya manusia.
4. Mendukung tujuan sosial dan objektifitas dalam pengembangan manajemen sumber daya manusia.
5. Memberikan contoh kepada karyawan untuk memperlakukan semua karyawan dengan adil
6. Bekerja keras untuk membuat karyawan mnguntungkan dalam segi keuangan dan memberikan dukungan dan semangat dalam efektifitas pekerja.
7. Menanamkan kepada karyawan mengenai kepedulian masyarakat
8. Mempertahankan loyalitas terhadap karyawan
9. Menegakkan aturan dan hukum yang berhubungan dengan karyawan
10. Menahan diri mengunakan kekuasaan dan jabatan demi mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri
11. Mempertahankan kerahasiaan informasi
12. Memperbaiki pengertian masyarakat terhadap peran manajemen sumber daya manusia
Sedangkan menurut Mitchell, mengemukkan bahwa etika dalam implementasinya harus dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Kontribusi pada masyarakat
2. Keadilan dan kejujuran
3. Kerjasama dan semangat team
4. Upaya tanpa lelah tanpa perbaikan
5. Hormat dan rendah hati
6. Kemampuan menyesuaikan diri
7. Bersyukur
Indikator tersebut dapat dikembangkan sejak dini oleh perusahaan mulai dari penerapan sistim rekruitment yang baik, selanjutnya harus memberikan pendidikan khusus menyangkut kinerja dan etika perusahaan, pengembangan diri para manajernya, serta harus membuat dan memberikan pengalaman jabatan agar memiliki wawasan yang lebih luas bagi karyawan, ataupun bias dilakukan oleh karyawan itu sendiri melalui latihan spiritual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar